Jamie Mc Lengley, Earth Observatoring Of Singapura dalam workshop
penyusunann rencana kontijensi menghadapi bencana yang digelar BPBD
Padang, di Rocky Hotel, kemarin (19/9) menyebutkan, gempa dan tsunami
yang akan terjadi di Kota Padang akan jauh lebih besar, dari gempa yang
pernah terjadi pada tahun 2010, 2007, 2009 lalu.
“Saat gempa besar terjadi,
masyarakat hendaknya jangan menunggu aba-aba atau peringatan. Mereka
hendaknya langsung menyelamatkan diri ke tempat ketinggian, karena
prediksi para ahli gempa akan memicu gelombang tsunami setinggi 11
meter. Setelah gempa hendaknya masyarakat jangan berpatokan pada air
yang surut, karena ada kalanya gempa yang memicu tsunami tidak mebuat
air surut. Setelah gempa terjadi, masyarakat segeralah mengungsi
supaya tidak kehilangan waktu untuk menyelamatkan diri,” ujar Jamie
Mc Lengley, di hadapan peserta workshop.
Pria asal Amerika itu menyebut, megathrust yang
memicu gempa besar dan tsunami ini, karena terjadinya benturan lempeng
Indo-Australia, yang terus bergerak dibawah lempeng Sunda atau yang
sering disebut Eurosia. Pantauan para ahli, kedua lempeng ini bergerak
saling menekan satu sama lain, dengan kecepatan rata-rata 5,7 centimeter
pertahun. Saat ini kata Jamie, akibat gesekan kedua lempeng itu, telah
membuat lengkungan, akibat lengkungan tersebut menyimpan energi yang
sangat besar, dan sewaktu-waktu dapat meledak sehingga memicu gempa
besar dan tsunami yang sangat tinggi.
Dilanjutkan Jemie, prediksi
akan terjadi gempa besar tersebut dapat dilihat sejak 200 tahun lalu
tidak ada lagi gempa besar yang terjadi. Saat ini jelasnya, di bagian
utara sunda megathrust di Sumbar energi tersimpan masih sangat
berpotensi menyebabkan terjadinya gempa besar, atau memicu rangkaian
gempa besar. Pelepasan anergi yang memicu gempa besar ini diperkirakan
guncangannya akan terjadi selama dua sampai empat menit, dan paling
kuat dirsakan oeh masyarakat yang berada di pinggir pantai.
“Tsunami yang akan muncul di
Sumbar, diprediksi akan mirip tsunami yang menyapu Aceh. Untuk itu,
kami berharap kesiapan pemerintah dalam penanggulangan bencana terus
dilakukan, sehingga dapat menekan timbulnya korban saat kejadian ini
terjadi,” ungkapnya.
Jamie menyebut, kalau pelepasan energi di sunda megathrust terjadi,
walaupun dihalangai Pulau Mentawai tidak akan banyak membantu dan
hanya bisa mengurangi ketinggian gelombang satu meter. Tapi tutur
Jamie, kalau lempeng bergerak ke bawah, dampaknya akan lebih parah, dan
gelombang tsunami akan lebih tinggi mencapai 11 meter, dan mencapai
daratan lebih jauh, dan air yang menyapu daratan tersebut akan terjadi
selama tiga jam.
Terkait ancaman tersebut,
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Padang, Dedi Henidal
mengatakan harus memperkuat koordinasi antar instansi yang sampai saat
ini masih lemah. Upaya dari Pemko Padang yang telah dilakukan adalah
pembuatan shelter, pembuatan jalur evakuasi, pembuatan protap
penanggulan bencana, sosialisasi pada masyarakat yang terus dilakukan,
dan pengadaan sistem peringatan dini.
“Kami akui sebanyak 60
persen penduduk Kota Padang berada di zona merah, serta pusat
perekonomian, pusat pemerintahan, dan pusat pendidikan banyak berada di
zona merah. Walaupun demikian, kami tetap berupaya melakukan penambahan
shelter, yang rencananya akan dibangun sebanyak lebih kurang
100 unit dengan menggunakan sekolah-sekolah yang ada, selain itu kami
juga akan menbah sebanyak 38 jalur evakuasi, dari 25 jalur evakuasi yang
telah kami persiapkan dan sebahagian diantaranya sedang dibangun,”
ungkpanya.
Dedi menyebut, persiapan di
Kota Padang saat ini, setelah beberapa kali gempa dilakukan sebanyak 29
kali sosialisasi, yang dilakukan para ulama dan majelis pengajian.
Diharapkan Dedi, dengan adanya informasi potensi gempa besar ini
hendaknya tidak membuat takut, namun jadikan sebagai sebuah informasi
yang berguna dan membuat masyarakat terus waspada dari segala macam
potensi bencana.
Sumber : http://padangekspres.co.id
0 komentar:
Posting Komentar